Kata Perubahan, Harapan Masyarakat Sulsel. Jangan Diremehkan

Nasional246 Dilihat

Penulis : IWAN TARUNA

Jurnalis dan Penggiat Media Sosial.

LepasNews.Com Makassar -Anies Rasyid Baswedan telah bertolak ke Jakarta sejak sore kemarin dan mungkin telah disibukkan menjalani agenda politiknya didaerah lainnya dinusantara, setelah 2 hari dalam safari politiknya

disulawesi selatan mengguncang kota Palopo dan kota Makassar.

 

Selain menerima prosesi mappesabbi dari 12 dewan adat dikedatuan Luwu dikota Palopo, ada 2 hal menarik perhatian publik Sulsel dengan kegiatan Anies lainnya dikota makassar, yakni Jalan santai bersama warga dijalan jenderal sudirman serta dialog kepemimpinan bersama civitas akademika dikampus merah Universitas Hasanuddin.

 

Didepan monumen mandala, Anies bersama Cak Imin disambut sejuta warga kota makassar dalam jalan gembira bersama yang memadati ruas jalan sepanjang jl. jend sudirman, dari lampu merah ujung jl.kartini menembus sebagian jalan depan menara bosowa, hingga perempatan lampu merah jl.khairil anwar hampir mencapai lapangan hasanuddin.

 

Klaim jumlah massa yang mencapai satu juta? mungkin bisa dimahfumi jika berada dititik ketinggian, jalanan aspal sepanjang ruas jalan jenderal sudirman tak terlihat lagi selain lautan manusia dari titik ujung jalan ke ujung jalan lainnya dalam pandangan mata. Tak kalah heboh euforia peserta yang hadir diekspresikan kegembiraannya melalui media sosial dengan ragam narasi, foto dan video massa yang menyemut.

 

Disela-sela kabar gembira itu, terselip narasi yang bernada sinis dari acara jalan gembira bersama anies-cak imin yang berkelindan dilini masa, termasuk

perbincangan diruang-ruang diskusi maya. Dimulai dari soal jumlah yang dinilai hiperbola nan cenderung bombastis, terlalu dilebih-lebihkan serta partisipasi masyarakat yang datang karena didorong oleh iming-iming hadiah doorprize, bukan karena ketokohan anies.

 

Yeah mungkin asumsi ini ada benarnya, diacara yang sama beberapa waktu lalu jalan santai anti mager yang digagas oleh Pemprov Sulsel dan dihadiri oleh menteri pertahanan Prabowo Subianto, jumlah massa yang hadir tak jauh berbeda dengan jumlah massa yang hadir diacara Anies minggu kemarin. Waktu itu tak ada narasi negatif, apalagi menuduh yang datang hanya karena kejar hadiah doorprize atau yang datang belum tentu memilih prabowo dalam pilpres 2024.

 

Sudahlah kawan.. Biarkan politik pilpres ini berjalan dinamis dengan damai tanpa perlu melempar asumsi buruk. Toh asumsi yang sengaja dibangun hanya untuk mereduksi pesona capres-cawapres usungan nasdem, pks dan pkb ini tak memberi dampak negatif untuk keduanya. Takkan lahir kebencian atau rasa tak suka dalam persepsi masyarakat. Narasi ini akan

menguap seperti es batu yang terjemur dibawah sengatnya matahari, uapnya akan terbang kelangit dan menghilang tersapu angin.

Anies itu telah melekat sebagai antitesa dari kekuasaan saat ini, tak memiliki pengaruh kekuasaan yang mampu menggerakkan massa secara massif

untuk hadir dalam acara tersebut. Anies tak terkoneksi kepada pejabat selevel gubernur atau bupati dengan kekuatan kuasanya bisa menggerakkan bawahannya untuk hadir, tak ada tokoh masyarakat dengan kekuatan finansial tak terbatas untuk bisa membiayai

hadirnya ratusan ribu mass. Yang pasti, peserta yang hadir tak ada wajah ketakutan karena khawatir dengan tekanan absensi serta konsekuensi skorsing karena tak berpartisipasi. Tak ada seragam institusi apapun terlihat dalam barisan massa yang tak beraturan itu seperti baju olah raga sekolah, seragam sekolah atau seragam korpri dan lain yang sejenis.

 

Walau hawa panas yang menyengat hingga terasa didalam tulang, namun orang-orang yang hadir tetap menampakkan wajah yang begitu sumringah, tersenyum, sesekali tertawa lepas. Mereka yang datang membawa satu harapan besar yakni

PERUBAHAN. Tak heran jika sesekali kalimat “anies presiden” serentak disuarakan massa yang hadir.

Sementara Indonesia’s Leaders Talk yang digelar dibaruga kampus Universitas Hasanuddin dengan narasumber utama Anies disiarkan secara lansung sejumlah media televisi konvensional dan media

siaran berplatform digital. Unhas tv misalnya saat menyiarkan lansung dialog kepemimpinan ini ditonton live sebesar 11 ribu penonton yang juga aktif menyalurkan pendapatnya dalam ruang komentar. 11

ribu penonton bukan sekedar deretan algoritma yang tersaji dilayar, itu juga bukan angka kecil yang mudah digerakkan satu persatu pemilik akun agar mau meluangkan waktunya menyimak dialog ini hingga tuntas selama beberap jam. Itu diluar dari jumlah penonton non live yang sudah mencapai 150 ribuan penonton, belum chanel Refly Harun, Merdeka.com, CNN Indonesia dll.

Apa yang mendorong masyarakat sulsel tertarik menyimak dialog ini? tak lain tak bukan karena gagasan perubahan yang diwacanakan oleh Anies sejak awal menyatakan diri siap bertarung dalam pemilihan presiden 2024.

Sejarah mencatat, runtuhnya monarchi eropa yang mencengkram selama berabad-abad, itu karena wacana perubahan melalui kata lain dari revolusi

radikal 1789–1799. Rasululuah saw memporak porandakan kepongahan suku Qurays dijazirah arab lewat perubahan tauhid/moral yang disebut Jahiliyah. Orde baru yang berkuasa selama 32 tahun

rontok ditahun 1998 melalui perubahan yang disebut reformasi.

Patron perubahan dari 3 peristiwa diatas disebabkan karena kekuasaan yang cenderung agresif, tidak dipercaya, tidak berlandaskan keadilan sosial. Prinsip-prinsip ekonomi hanya berkembang diputaran elite dengan mengabaikan putaran ekonomi masyarakat lebih luas. Kentalnya politik kekerabatan yang menciptakan mentalitas komunal begitu kuat hingga mengabaikan aspek moral kepentingan umum dalam relasi sosial masyarakat.

Jadi jangan pernah meremehkan kata Perubahan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *