Pesona anime One Piece dalam percaturan politik pilpres

Politik343 Dilihat

Catatan : Iwan Taruna.Jurnalis Senior Kota Makassar.

LEPASNEWS.COM BONE – One Piece yang dibaca wan pisu adalah anime populer asal negara Jepan yang digandrungi oleh anak-anak hingga remaja didunia, tak ketinggalan remaja ditanah air.

Meski didebut perdananya sebagai animasi video asli (ova) ditahun 1998 oleh production IG, dan dijadikan animasi series ditahun berikutnya oleh toei animation,
namun pesona petualangan Monkey D Luffy dan kawan-kawannya ini tak memudar sedikitpun. Bahkan serial animasinya telah memasuki 1090 seri dihampir pertengahan tahun 2023 ini.

Apalagi diera digital saat ini, semakin memudahkan penggemar One Piece menyimak aksi-aksi konyol karakter pemainnya dilayar smartphone secara gratis. Dan rerata penggemar karya Eiichiro Oda ini adalah remaja yang secara sosial dari sudut pandang politik telah memasuki usia yang dibolehkan oleh undang-
undang pemilu menyalurkan hak pilihnya ditempat pemungutan suara, yeah nama kerennya sih pemilih pemula.

Jumlah pemilih yang terdata dalam pemilih tetap KPU tahun 2024 mendatang sebanyak 204 jutaan pemilih, diperkirakan 187 jutaan yang akan menggunakan hak
pilihnya ditempat pemungutan suara. Dari 187 jutaan tersebut, didominasi oleh pemilih muda atau pemilih pemula (first time voters) yang berusia belasan tahun
hingga 20 an tahun dimana pada pemilu 2019 belum bisa menggunakan haknya.

Dilansir dari Tempo.co mencatat bahwa 60 persen dari pemilih tetap itu adalah generasi muda, generasi millenial atau Gen Z. Angka yang sungguh fantastis ini
berpotensi bisa mendulang suara bagi capres, cagub, cawalkot, cabup hingga calon legislator. Generasi first time voters ini rerata penghobi manga dan anime dari
jepan, salah satunya adalah One Piece. Mengapa demikian? karena mereka tumbuh dan berkembang dengan sajian hiburan komik-komik manga dan
tontonan anime dilayar-layar televisi.

Wajar saja jika para calon pemimpin ini berebutan meraih simpatik first time voters tersebut dengan menyentil hobi dan kesenangan mereka. Diselasar media sosial para capres tak sekali menyebut-nyebut anime asal negeri matahari terbit itu bahkan mengklaiminya sebagai hobi?. Prabowo misalnya tetiba
membicarakan industri kreatif karena memahami anime One Piece, Anies Baswedan menampilkan foto bersama keluarga sedang menonton animenya dan
Ganjar melalui akun media sosialnya berkali-kali mengupload animasi pemeran One Piece.

Lalu apakah pendekatan simpatik politik ini efektif membujuk pemilih pemula menyalurkan suaranya dibilik tps? setidaknya memilih salah satu calon
pemimpin yang membicarakan hobi mereka? Generasi ini lahir dan berkembang lansung dengan
interaksi teknologi dan dunia digital yang menawarkan fasilitas kemudahan dan kecepatan instan. Meski karakternya sangat subjektif tapi mereka kreatif, inovatif dan pikirannya sangat terbuka.

Melihat hal ini tidaklah mudah, karena 46 persen pemilih ini sudah produktif dan cenderung berorientasi profit. Tentu mereka akan melihat apa yang akan
memberi manfaat untuk dirinya dimasa depan.

So.. kawan-kawan yang terlibat dalam tim kreatif capres dan sejenisnya ini adalah tantangan sekaligus peluang untuk memungut suara para cuekers, magers, minim kesopanan, agresifers dan implusifers ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *